Assalamualaikum.. ya akh wa ukh, mas bro & mba bro apakabarnya? semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Tentunya kita sering mengalami posisi dimana kita harus memilih satu diantara dua , tiga, empat bahkan lebih pilihan.
Contohnya saja, acara atau kegiatan dalam waktu yang bersamaan, mau tidak mau kita dituntut untuk memilih satu diantaranya, tentunya ada yang kita korbankan atau kita tinggalkan.
Atau antara tugas kuliah dengan beberapa kegiatan diluar kampus, pas ada kegiatan yang menurut kita penting bahkan sudah ditunggu-tunggu dari sebelumnya, eh pada hari H nya bentrok dengan jadwal kuliah.
Antara tugas dengan janji sama teman atau antara acara bersama keluarga dengan acara bersama sahabat-sahabat kita.
Atau saat kita membeli sesuatu (khususon para kaum hawa), bingung ingin membeli yang mana, salah satu, atau dibeli semuanya yang kita sukai, maunya sih beli semuanya apalagi sedang ada promo, namun karena terbatasnya budget ya terpaksa dengan pertimbangan yang cukup keras dan panjang kita harus memilih beberapa saja yang harus dibeli atau bahkan akhirnya nggk jadi dibeli.
Antara memilih tempat sekolah, tempat kerja. Atau juga masalah memilih pasangan hidup… hehehh
Tentunya masalah-masalah diatas tadi kita pernah mengalaminya, dan sangat membuat kita dilema, bingung, galau …. Tapi semoga tidak berkepanjangan ya.
Ada sedikit kisah, sebut saja namanya Melati (nama samaran) dia adalah siswa kelas XII ipa di sma A , melati termasuk siswa berprestasi disekolahnya, dia selalu masuk lima besar dikelasnya.
Melati adalah anak yang rajin, pendiam, cerdas, dia anak pertama dari 3 bersaudara berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun itu tidak membuat Melati malu atau minder dengan keadaan keluarganya, ibunya berjualan kue dirumahnya, melatipun sering membantu orang tuanya dengan menitipkan kue jualan ibunya di kantin dan koperasi dia sekolah.
Kelulusan pun tiba, Melati lulus dengan nilai yang cukup baik, dan dia juga masuk di salah satu perguruan tinggi di Jakarta mendapatkan beasiswa, namun ia dilema antara melanjutkan kuliahnya yang selama ini ia impikan, atau membantu orang tuanya . sementara adik-adiknya juga masih membutuhkan biaya untuk sekolah, adik pertamanya masuk SMA dan si bungsu naik kelas 6 SD.
Walaupun ia mendapatkan beasiswa, Melati tahu untuk biaya hidup di Jakarta nanti dari mana, dan ia tidak mau menyusahkan orang tuanya dengan berat hati ia memutuskan untuk menunda studynya, ia memutuskan bekerja untuk membantu keuangan keluarganya.
Selama 2 tahun ia bekerja membantu orangtuanya dan mengumpulkan biaya untuk ia melanjutkan studynya kini melati bisa melanjutkan studynya. Ia mendaftar di sebuah universitas kelas karyawan.
Adalagi… Sebut saja namanya Mawar (nama samaran) ia adalah siswa kelas XII ipa di SMA B. Ia siswi berprestasi disekolahnya, Mawar adalah anak yang cantik, cerdas, aktif, dan supel ia selalu masuk 3 besar dikelasnya.
Mawar berasal dari keluarga yang cukup mampu, ia adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, kakak pertamanya baru lulus kuliah FK, kakak keduanya masuk semester 5 engineering.
Saat kelulusanpun ia mendapatkan peringkat 3, Mawar mencoba mendaftar di beberapa universitas, yang pertama ia mendaftar di salah satu PTN jurusan kedokteran, ibunya yang menyarankan ia masuk kedokteran mengikuti jejak kakaknya, yang kedua ia mendaftar disalah satu perguruan tinggi di Australi dibidang finance, ayahnya menyuruhnya ia masuk dibidang finance karena agar bisa melanjutkan bisnisnya, mawar sendiri sebetulnya tidak terlalu menyukai itu, dan iya juga mendaftar di PTN di Jakarta yang ia sukai yaitu di bidang sastra.
Setelah pengumuman masuk perguruan tinggi hasilnya ternyata mawar diterima di semua universitas yang ia daftar, entahlah antara senang dan dilema bercampur, karena ia bingung akan memilih yang mana. Setelah ia mempertimbangkan semuanya, istikharahpun sudah dilakukanya dan berunding bersama keluarga besarnya ia akhirnya memutuskan memilih kuliah di FK.
Cerita di atas masing-masing punya kondisi latar belakang yang berbeda namun sama-sama dihadapkan dengan pilihan yang berat.
Memang memilih itu sulit bukan hanya memilih pasangan hidup atau seperti cerita yang diatas tadi saja bahkan untuk hal-hal sepele, ketika bangun tidurpun kita diajukan pilihan apakah setelah menunaikan sholat subuh mau tidur lagi atau mandi dan melakukan aktivitas selanjutnya, yups itulah hidup, hidup adalah pilihan, dan tidak memilihpun adalah suatu pilihan.
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita harus terbiasa dengan memilih.
Setiap waktu kita dihadapkan oleh banyak pilihan
Kadang-kadang Allah menguji kita dengan pilihan. Pilihan yang harus kita putuskan. Yang manakah yang terbaik. Yang mana harus diutamakan. Yang mana harus dipilih.
Antara A atau B, kiri atau kanan, hitam atau putih, kebaikan atau kemungkaran, rajin atau bermalas-malasan, sekarang atau nanti, halal atau haram, dosa atau pahala, kitalah yang memilihnya.
Hidup ini terus berjalan bersama dengan pilihan. So, hidup memang harus memilih dan dengan pilihan kita hidup :)
Jalan dan penyelesaiannya dalam membuat pilihan, kita boleh berdoa, istikharah, mengikuti kata hati atau bahkan bisikan nafsu
kadangkala akan datang kepada kita, saat yang begitu sukar untuk kita membuat pilihan apalagi pilihan itu melibatkan banyak pihak lebih-lebih lagi mereka yang kita sayani.
Namun tidak semua pilihan yang menurut kita baik belum tentu menurut Allah baik untuk kita dan begitupun sebaliknya
.........boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Allah pasti akan membantu kita dengan jalan-jalan yang tidak pernah terfikir oleh kita sekiranya kita rajin berdoa dan meminta kepadaNYA. Hanya Dia Yang Maha Pengatur, dan Dialah Yang Mengetahui.
Dalam membuat pilihan, pilihlah yang terbaik. Karena Pilihan kita hari ini menentukan destinasi kita kelak.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan kita dapat membuat keputusan /pilihan yang terbaik..
wassalamualaikum ^_^
Minggu, 21 September 2014
Kamis, 11 September 2014
Kehamilan Risiko Tinggi (RISTI)
Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi
pada wanita. Walaupun proses tersebut alami, namun masih terdapat kemungkinan
untuk berkembang menjadi patologis.
Berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan yang cukup signifikan tahun
2007. Pada tahun 2007 AKB mencapai 34/1000 kelahiran hidup dan AKI mencapai
228/100.000 kelahiran. Angka kematian bayi di sebabkan oleh infeksi sistemik,
kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut. Angka kematian ibu ini
masih sangat tinggi yang di sebabkan oleh perdarahan, eklamsia, dan infeksi
(Muliadi,2007).
Menurut
(Manuaba, 2001) dapat mempercepat tercapainya penurunan angka kematian ibu dan
angka kematian perinatal disetiap rumah sakit baik pemerintah maupun rumah
sakit swasta telah dicanangkan gagasan untuk meningkatkan pelayanan terhadap
ibu dan bayinya melalui RS sayang bayi dan RS sayang ibu. Proses kematian ibu
mempunyai perjalanan yang panjang sehingga pencegahannya dapat dilakukan sejak
melakukan “Ante Natal Care” (pemeriksaan kehamilan) melalui pendidikan terkait
dengan kesehatan ibu hamil, menyusui dan kembalinya alat kesehatan reproduksi,
serta menyampaikan betapa pentingnya interval kehamilan berikutnya sehingga
tercapai sumber daya manusia yang diharapkan.
Kehamilan
risiko tinggi adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan
janin. Untuk menghadapi kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif,
berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus
diambil sikap tegas dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2007).
Penyebab
dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi
dan pendidikan yang rendah. Dengan adanya pengetahuan ibu tentang tujuan atau
manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan
secara rutin. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat
meliputi jenis makanan bergizi, menjaga kebersihan diri, serta pentingnya
istirahat cukup sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dan tetap
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. Umur seseorang dapat
mempengaruhi keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa
reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami komplikasi di bandingkan wanita
yang hamil dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi
(Rikadewi,2010).
Ibu dapat meningkatkan pengetahuan tentang tanda kehamilan risiko baik
melalui tenaga kesehatan terutama bidan, petugas Posyandu, media massa
(televisi, koran, dll), sehingga dapat mengenal risiko kehamilan dan mengunjugi
bidan atau dokter sedini mungkin untuk mendapatkan asuhan antenatal selain itu
pendidikan yang kurang juga memepengaruhi ibu untuk datang memeriksakan
kehamilan ( Rikadewi,2010).
Jarak kehamilan yang terlalu pendek kurang dari 2 tahun dan d atas 5 tahun,
hamil dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko melahirkan bayi
dengan kelainan genetik. Begitu juga dengan ibu hamil yang pernah menjalani
operasi. Faktor lainnya adalah kondisi fisik atau menetap bagi sang ibu
(seperti tinggi badan di bawah 145 cm, biasanya panggul sempit dan akan
kesulitan melahirkan secara normal) juga harus diwaspadai. Selain itu, ibu
hamil penderita obesitas dan darah tinggi pada kehamilan atau mengalami
penyakit lain yang cukup membahayakan sebelum atau saat hamil meruakan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehamilannya berisiko tinggi (judi,2010).
Usia reproduksi sehat untuk hamil
berkisar antara 25-30 tahun. Jika kurang atau melebihi usia tersebut, maka
mempengarui faktor kesuburan reproduksi yang juga berpengaruh terhadap risiko
kehamilan. Banyak cara untuk mengatasi masalah kehamilan berisiko tinggi. Salah
satu caranya adalah mempersiapkan mental saat menjalani kehamilan tersebut, ibu
hamil juga harus rajin melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kondisi ibu
dan janin. Biasanya ibu hamil yang rajin memeriksakan kehamilan secara rutin
merasa lebih sehat. Dengan memeriksakan kehamilan secara teratur, komplikasi
serta ganguan kehamilan dapat teratasi dibandingkan ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil juga perlu mengosumsi gizi yang baik
tepat dan seimbang, salah satunya asam folat, guna mengoptimalkan perkembangan
janin dan kesehatan ibu sendiri. (Judi,2010).
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih
baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan.
1. Pengertian
a. Risiko tinggi adalah
suatu kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin
(Manuaba, 2008)
b. Risiko tinggi adalah
suatu kehamilan yang memiliki risiko tinggi lebih besar dari biasanya (baik
bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan (Nurcahyo,2009)
2. Tujuan pemeriksaan
antenatal care dengan risiko tinggi
a. Tujuan umum
Menyiapkan
seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan, persalinan dan
nifas sehingga didapat bayi dan ibu yang sehat.
b. Tujuan khusus
1) Mengenali dan menangani
tanda-tanda penyulit yang akan dijumpai pada kehamilan.
2) Mengenali dan mengobati
tanda-tanda penyulit yang akan dijumpai pada kehamilan.
3) Memberikan nasehat tentang
cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana, kehamilan persalinan, nifas dan
laktasi.
3. Jadwal pemeriksaan
1. Usia kehamilan dari hari
pertama haid terakhir sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
2. 28 – 36 minggu : 2
minggu sekali
3. Diatas 36 minggu : 1
minggu sekali
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
4. Jenis-jenis kehamilan
risiko tinggi :
Faktor IBU:
1.
Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 18 tahun.
Usia
ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kualitas
kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat
adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun. Penyulit pada kehamilan
remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi dibandingkan waktu reproduksi
sehat. Keadaan ini disebabkab belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin (Manuaba, 1998).
2.
Kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan
3.
Kehamilan kelima atau lebih
Menurut
Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan di
bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu
wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu
wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di mana persalinan
tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara
yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.
4.
Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun.
Pada
kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium
pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga
kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat menimbulkan kelainan yang
berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
5. Tinggi
badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan bayi cukup
bulan dan berat normal.
Wanita
hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko tinggi
mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit.
6.
Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru, Ginjal,
dan penyakit sistemik lainnya)
Kondisi
sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus,
akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan dengan hipertensi
esensial atau hipertensi yag telah ada sebelum kehamilan dapat berlangsung
sampai aterm tanpa gejala mejadi pre eklamsi tidak murni. Penyakit gula atau
diabetes mellitus dapat menimbulkan pre eklamsi dan eklamsi begitu pula
penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan darah sehingga dapat
menyebabkan pre eklamsi.
7.
Kehamilan dengan keadaan tertentu ( Mioma uteri, kista ovarium)
Mioma
uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi
dan plasenta,
terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan
yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa
menyebabkan keguguran. Sebaliknya, kehamilan juga bisa
berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar,
dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam
tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor
bisa terputar.
8.
Kehamilan dengan anemia ( Hb kurang dari 10,5 gr %)
Wanita
hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah
pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa
kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam
tubuh semasa mengandung. Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu
hamil adalah kekurangan zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan
haemoglobin. Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai
hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas
diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi.
9.
Kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya.
Faktor JANIN :
1.
Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi muka)
2. Janin
besar (tapsiran lebih dari 4000 gram)
3. Janin
ganda (kembar)
4. Janin
dengan pertumbuhan janin terhambat
5. Janin
kurang bulan (prematur)
6. Janin
dengan cacat bawaan/kelainan kongenital
7. Janin
meninggal dalam rahim. (Prita,2011)
5. Ada beberapa komplikasi
pada kehamilan risiko tinggi:
1. Anemia
2. Janin
kecil
3.
Prematur yang tidak wajar
4.
Ketuban pecah dini
5.
Gestational diabetes
6.
Tekanan darah tinggi
7.
Placenta previa
8.
Hidramnion
9.
Penyakit rhesus
10. Kehamilan post-term
11. Kehamilan ganda
12. Kehamilan etopik
13. Keguguran
14. Kematian janin
15. Perdarahan pasca
persalinan (Alaudine,2010)
6. Mengelompokkan faktor
kehamilan dengan risiko tinggi berdasarkan waktu kapan faktor tersebut
mempengaruhinya :
A. Faktor
risiko tinggi menjelang kehamilan
a. Faktor genetik
·
Penyakit turunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
· Bila
terjadi kehamilan, maka diperlukan pemeriksaan kelainan bawaan.
b. Faktor lingkungan
·
Diperhitungkan faktor pendidikan dan sosial ekonomi.
· Faktor
pendidikan dan sosial ekonomi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam kandungan.
·
Mempengaruhi pemilihan tempat pertolongan persalinan.
B. Faktor
risiko tinggi yang bekerja selama kehamilan
a. Faktor keadaan menjelang
kehamilan
b. Kebiasaan ibu (merokok,
alkohol, kecanduan obat)
c. Faktor penyakit yang
mempengaruhi kehamilan. (Manuaba, 2009)
7. Dampak Kehamilan Resiko
Tinggi
a. Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak
disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran
yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi
alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang
matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih
kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi
infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial
ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada
kala nifas.
d. Anemia kehamilan /
kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil
disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemia.
e. Keracunan
Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang
belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam
bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang
tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan
banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu
karena keguguran juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non
profesional (dukun) (Ubaydillah, 2008).
8. Adapun akibat resiko
tinggi pada kehamilan antara lain:
a.
Resiko bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara
lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
Selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran /
abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan
terjadi keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan
sulit.
Persalinan yang disertai komplikasi
pada ibu maupun janin merupakan penyebab dari persalinan lama yang dipengaruhi
oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan
serta pimpinan persalinan yang salah. Kematian pada saat melahirkan juga
disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup
usia kehamilan.
Kelahiran prematur yang kurang dari 37
minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang
diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah
(BBLR).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang
kurang dari 2.500 gram kebanyakan dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat
hamil dan umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. Dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3) Cacat bawaan.
Cacat bawaan merupakan kelainan
pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
4) Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari
pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan oleh berat badan
kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran
kongenital serta lahir dengan asfiksia (Ubaydillah, 2008).
Langganan:
Postingan (Atom)